Pages

Subscribe:

Rabu, 10 Agustus 2011

It is time to kill your cow

Entah dimana saya pernah membaca sebuah cerita yang cukup menyadarkan saya agar tidak bergantung pada orang lain.

It's time to kill your cow.Kalau tidak salah itulah judul ceritanya.Saat saya teringat dengan cerita ini saya langsung googling tentang cerita ini.Sayangnya sampai saya menulis post ini saya masih belum menjumpainya di rumah mbah google.

Dan disini,Mengandalkan ingatan saya yang sedikit pelupa saya mencoba untuk membawakannya kepada anda.

It's time to kill your cow

Ceritanya cukup simple tak perlu menghabiskan bermenit-menit untuk membacanya.Menurut tulisan yang pernah saya baca dulu cerita berawal dari seorang musafir yang tersesat dan kelaparan.Behari-hari berjalan,sampailah dia pada sebuah keluarga sederhana,kalau tak boleh disebut miskin.Yang hanya bergantung pada serekor sapi mereka.

Setiap pagi sang kepala keluarga memeras susu dari sapo itu.Susu berikutnya di masak oleh sang ibu untuk sarapan anaknya.Sisanya ia jual di pasar atau tetangganya untuk kemudian uang hasil penjualannya ia gunakan untuk membeli bahan makanan untuk makan siang dan malam keluarga itu.Begitulah hari-hari mereka lalui hanya dengan mengandalkan satu ekor sapi.

Saat sang musafir singgah dia hanya berepikir bagaimana jika sapi dari keluarga ini mati?Apa yang akan terjadi dengan keluarga sederhana ini?

Diliputi banyak tanda tanya tentang keluarga itu.Si musafirpun membunuh sapi milik keluarga yang telah menyelamatkannya dari kelaparan.Lantas ia pun pergi tanpa berpamitan dengan keluarga itu.dalam hati dia berjanji akan kembali ke keluarga itu kemudian hari dan melihat apa yang terjadi dengan keluarga itu tanpa sapi mereka?

Bertahun kemudian Musafir itu kembali melewati desa dimana Keluarga itu tinggal.Dia segera menuju rumah mereka.Dalam hati sebenarnya dia yakin jika Keluarga itu telah tiada karena sapi yang menjadi tumpuan hidup telah ia bunuh bertahun yang lalu.

Tapi apa yang dia lihat di rumah keluarga itu sungguh diluar pikirannya selama ini.Keluarga itu berubah menjadi keluarga yang cukup kaya di desa itu.Bagaimana mungkin keluarga yang menggantungkan hidupnya kepada seekor sapi mampu bertahan hidup setelah sapinya tiada?

Diselimuti perasaan bingung Musafir itupun bertanya kepada kepala keluarga?

“Bagaimana anda bertahan hidup selama ini sedangkan sapi yang kamu jadikan tumpuan hidup telah aku bunuh?”Tanya musafir itu.

Tidak marah,Kepala Keluarga itu malah berterima kasih kepada musafir itu karena telah membunuh sapinya.

“Kami sekeluarga berterima kasih kepada anda karena telah membunuh sapi kami,Jujur pertama kali kami mendapati sapi kami telah membusuk di kandangnya,Kami sangat sedih dan marah.Namun saat itu kami menyadari bahwa kami terlalu bergantung pada sapi itu yang membuat kami terlalu malas untuk bekerja.”

“Dan karena kami sudah tidak memiliki sapi yang menghidupi kami sedang kami membutuhkan uang dan makanan untuk hidup kamipun bekerja keras untuk itu.Melakukan pekerjaan yang belum pernah kami lakukan selama ada sapi itu.Dan sekarang lihatlah kami.Dulu kami hanya minum susu sapi yang saya perah sebagai sarapan,kali ini kami mampu sarapan dengan makanan yang lengkap.”

Setelah beerbincang sebentar musafir itu dipersilahkan masuk dan singgah semalam disana.Untuk kemudian melanjutkan perjalanannya kembali.

Pembaca yang budiman.Hikmah apakah yang bisa kita petik darri cerita di atas?

Menurut saya :

Manusia termasuk saya dan kalian memiliki potensi untuk menjadi seseorang yang lebih dari diri kita saat ini.Tapi kenapa hal itu belum terjadi?

Mungkin itu karena kita masih tergantung pada sesuatu ataupun orang lain.Lihatlah keluarga sederhana dari cerita di atas.mereka tidak akan bisa seperti di akhir cerita jika sapi mereka masih hidup.

Kita memanglah perlu orang lain untuk hidup.tapi jangan sampai kita jadi terlalu menggantungkan harapan kita ke orang lain.

Nah sekarang bagaimana menurut anda!hikmah apa yang bisa anda ambil dari cerita di atas?

0 komentar:

Posting Komentar